Jangan pernah lelah

PNGPIX-COM-Superman-PNG-Transparent-Image-2

When you’ve been fighting for it all your life
You’ve been struggling to make things right
That’s how a superhero learns to fly
Every day, every hour
Turn the pain into power

Teruntuk kalian yang sedang berjuang mati-matian mendapatkan gelar. Ijinkan saya sedikit bercerita dari awal sampai detik ini saya memperoleh gelar sarjana. Saya adalah mahasiswa Ilmu Ekonomi angkatan 2013, jurusan yang katanya termasuk lima besar jurusan paling menakutkan di Indonesia, awal perkuliahan saya berlangsung lancar-lancar saja sampai mendapatkan IPK pertama, 3,92 yak lumayan lah sebagai awalan.

Baru disemester berikutnya kehidupan mahasiswa saya menjadi Rock n Roll, 28 Maret 2014, saya jatuh sakit yang menyebabkan saya harus cuti kuliah sampai 2 semester lamanya dan baru pada semester 4 saya bisa kembali berkuliah dengan semangat yang hampir patah, bagaimana tidak patah yang lain udah mendapatkan SKS diatas 50 saya masih tertahan diangka 18. Namun saya tidak terlarut dalam kesedihan, menyadari bahwa saya adalah 1 dari 2% rakyat Indonesia yang beruntung bisa mengenyam bangku perkuliahan, saya pun bersyukur dan bangkit dan kembali menjalani aktivitas kemahasiswaan saya dengan sebaik-baiknya.

Kuliah lagi dengan adik-adik tingkat, mungkin dipikiran mereka saya adalah mahasiswa bodoh dan pemalas yang mengulang matakuliah tapi saya cuek saja, biarkan waktu yang akan menjawab sehingga mereka bisa tahu siapa saya dengan sendirinya. Perlahan tapi pasti, menjalani kuliah dengan sebaik-baiknya saya mulai mengejar teman-teman yang tadinya jauh meninggalkan saya dan mulai jarang sekelas dengan adik-adik tingkat saya.

Kehidupan perkuliahan saya semakin Rock n Roll di tahun ketiga, dimana saya dipercaya menjadi ketua sebuah acara. Berkat acara itu saya mendaatkan tawaran untuk magang di Kementerian Luar Negeri, posisi saya ketika itu baru saya menyelesaikan matakuliah metodologi penelitian, dimana matakuliah ini adalah langkah awal penulisan tugas akhir. Saya bimbang diantara dua pilihan, cuti untuk mengambil kesempatan yang tidak akan datang dua kali atau melanjutkan ke Proposal Skripsi bersama teman-teman. Ahh, saya pun berkonsultasi dengan beberapa pihak dan akhirnya memutuskan cuti untuk ketiga kalinya dan menunda penulisan Proposal Skripsi demi mencari ilmu dan pengalaman di luar kampus. Dalam benakku, biarkan lah teman-teman meninggalkanku Proposal bahkan ada yang sudah skripsi ketika itu, yang penting aku punya pengalaman yang lebih. Toh memang sejak awal aku sudah tertinggal.

Sebelum berangkat ke Jakarta, sempat berniat mengkredit proposal disana, namun nyatanya disana saya tidak sedikitpun menulis kata dalam proposal skripsi saya, yang ada cuma puluhan topik hasil baca dan diskusi dengan beberapa pembimbing disana yang hanya menjadi sebuah wacana. Baru diseminggu terakhir saya magang disana saya membuat kajian tentang pariwisata sebagai tugas akhir dan akhirnya saya realisasikan sebagai skripsi yang membawa kelulusan saya.

Saya baru menulis proposal setelah menyelesaikan magang dengan tema dari kajian tugas akhir saya. Saya pun sempat menyesali kenapa saya tidak menulis ketika di Jakarta guna mengejar ketertinggalan saya. Namun, nasi telah menjadi bubur, tinggal bagaimana caranya membuat bubur ayam spesial dengan sate hati-ampela, sate keong, satu usus itu yang harus dipikirkan caranya. Dengan keyakinan kuat dan semangat saya pun yakin bisa menghadapi permasalahan-permasalahan yang banyak diceritakan teman-teman, mulai yang bermasalah dengan pembimbing, berganti topik, kesulitan mencari data, pengolahan data, dan lainnya. Yaelah baru juga mau mulai udah diceritain yang gitu-gitu, terlebih pembimbing menyarankan untuk menulis topik yang saya miliki dengan penelitian kualitatif murni yang belum pernah sekalipun saya jalani.

Namanya juga hidup, permasalahan dan tantangan pasti datang

Yak benar sekali, permasalahan dan tantangan itu buat dihadapi bukan ditangisi. Menulis proposal sebagai tahap pertama perjalanan menuju sarjana, sedikit bingung, harus baca banyak buku dan jurnal demi mencari referensi, bertanya ke berbagai pihak guna mendapatkan pencerahan, bolak-balik melakukan penelitian pendahuluan, begadang baca jurnal dan nulis pendahuluan, itu yang kurasakan dalam nulis proposal. “Berikutnya bab 2, saya beri waktu 3 hari?” – perkataan Pak Sukonto Legowo dalam film 5cm itu begitu tertanam dibenakku dan membuatku berpikir “Ian yang kerjaannya nonton bokep, main game, kebanyakan micin aja lulus 3 bulan masak aku nggak bisa”. Dengan semangat yang keras akhirnya bab I, II, III pun berhasil mendapatkan nilai A *kibas rambut

Setelah proposal, beru jalan terjal lainnya didepan mata, Penulisan Skripsi yang sesungguhnya dimulai. Saya pun melakukan banyak ritual sebelum memfokuskan diri ke skripsi. Pertama, nulis di kertas yang gede dan ditempel ditembok kamar target saya ketika itu “Sidang 19 Mei 2017”. Kedua, naik gunung dan berjanji tidak naik gunung lagi sampai skripsi kelar, yak saya pecandu ketinggian dan biasanya kalau stres bergegas naik gunung tapi kali ini saya niati stres akan saya atasi dengan menulis kata demi kata sampai daftar pustaka. Tapi pulang dari gunung ketika itu godaan datang, saya mendapatkan tawaran untuk megang ditempat yang saya idam-idamkan, Bank Indonesia. Duh, saya pun galau kembali namun kembali kepemikiran awal sebelum ke Kemenlu bahwa tawaran ini tidak datang dua kali, pengalaman berharga ini terlalu sayang untuk disia-siakan. Akhirnya, ijin pembimbing dan dibulan Februari saya magang di Bank Indonesia, namun bedanya kali ini saya tetap mengerjakan skripsi saya dimalam harinya. Dan akhirnya dengan kerja keras, begadang setiap malam, membaca buku dan jurnal entah berapa banyaknya, bertemu dengan beberapa orang untuk konsultasi, melawan lelah dan malas untuk selalu bolak-balik ketempat penelitian bahkan ketika malam dan hujan, mengesampingkan keinginan untuk tidak melakukan hal-hal yang sifatnya tidak mendesak, tepat 27 April 2017 satu hari sebelum ulangtahun Ibu saya, saya mendapatkan persetujuan dosen pembimbing saya untuk maju sidang skripsi 19 Mei 2017 sesuai dengan target yang saya tulis di kertas yang setiap pagi selalu saya lihat pertama setelah membuka mata.

19 Mei 2017 akhirnya saya lulus menjadi Sarjana Ekonomi dengan waktu belajar 3.8 tahun (dihitung dengan cuti 3 semester), dengan predikat lulusan terbaik dan tanpa revisi pada skripsi saya. Dan 22 Juni 2017 saya diwisuda dengan predikat CUM LAUDE dan merupakan satu dari sekian banyak wisudawan terbaik yang duduk didepan mewakili program studi.

Buat kalian para mahasiswa yang sedang berjuang meraih gelar sarjana, besyukurlah dengan kondisi kalian yang termasuk 1 dari 2% manusia Indoneisa yang menempuh pendidikan tinggi, jangan pernah lelah dan menyerah apapun halangan yang menghadang kalian, jangan pernah merasa bahwa kalian tidak bisa bahkan saya yang tertinggal jauh dari teman-teman saya pada akhirnya bisa menyusul bahkan berganti meninggalkan mereka. Saya sebenarnya ingin menulis pesan dan kesimpulan lebih banyak lagi, namun saya menulis untuk kalian para mahasiswa, pasti kalian sudah paham membaca cerita sedikit dari saya, semoga menginspirasi, kalau tidak suka silahkan dikritik dan diberikan saran, kalau suka maka segeralah tulis kata-demi-kata di skripsi kalian agar kalian juga bisa bercerita pengalaman yang akan menginspirasi banyak orang.  That’s how a superhero learns to fly !

 

Ditulis dengan perasaan rindu pada dua hal
satu pada kehidupan perkulihan
kedua pada pasangan

 

Riwanto

 

Tinggalkan komentar